Pondok Pesantren Annuqayah berada di desa Guluk-Guluk, Kecamatan Guluk-guluk Kabupaten Sumenep, kabupaten paling timur di pulau Madura. Sedangkan letak Kecamatan Guluk-Guluk berada pada paling barat kecamatan yang ada di kabupaten Sumenep, berjarak sekitar 30 km dari kota Sumenep, berbatasan dengan Kecamatan Pakong, Kabupaten Pamekasan.
Secara geografis, desa Guluk-guluk berada di antara 6°00′-7°30′ dengan
ketinggian ± 117 meter dari permukaan laut, dengan luas wilayah
1.675.955 ha dari luas kecamatan Guluk-Guluk yang memiliki lahan seluas
6.691.316 ha.
Wilayah yang cukup luas ini ternyata tidak memberikan harapan
penghidupan bagi masyarakat Guluk-guluk karena susunan tanahnya ,
sebagaimana daerah Madura lainnya cenderung terdiri dari batu-batu
berkapur (lime store rock) dan sebagian besar tanahnya berjenis
mediteran. Sedangkan curah hujan rata-rata pertahunnya 2176 mm, dengan
jumlah hariannya kurang lebih 100 hari per tahun.
B. Sejarah Singkat Berdirinya Pondok Pesantren Annuqayah
Pondok Pesantren Annuqayah yang berlokasi di Guluk-Guluk Sumenep Madura
didirikan pada tahun 1887. Pendirinya K.H. Moh. Syarqawi. Beliau lahir
di Kudus Jawa tengah. Kiai Syarqawi muda sebelum mendirikan pesantren
pernah menuntut ilmu di berbagai pesantren di Madura, Pontianak,
merantau ke Malaysia, Patani (Thailand Selatan), dan bermukim di Mekah.
Pengembaraan beliau dalam menuntut ilmu tersebut dilakukan selama
sekitar 13 tahun.
Dalam kiprahnya menyebarkan ilmu, Kiai Syarqawi mula-mula membuka
pengajian al-Qur’an dan kitab-kitab klasik di Prenduan Sumenep. 14 tahun
kemudian, Kiai Syarqawi bersama dua istrinya dan K Bukhari (putra dari
isteri pertama) pindah ke Guluk-Guluk dengan maksud mendirikan
pesantren. Atas bantuan seorang saudagar kaya bernama H. Abdul Aziz,
beliau diberi sebidang tanah dan bahan bangunan. Di atas sebidang tanah
itu, beliau mendirikan rumah tinggal dan sebuah langgar. Tempat ini
kemudian disebut Dalem Tenga. Selain itu, beliau juga membangun tempat
tinggal untuk isterinya yang ketiga, Nyai Qamariyah berjarak sekitar 200
meter ke arah barat dari Dalem Tenga. Kediaman Nyai Qamariyah ini
kemudian dikenal dengan Lubangsa.
Di langgar itulah Kiai Syarqawi mulai mengajar membaca al-Qur’an dan
dasar-dasar ilmu agama. Tempat itulah yang merupakan cikal bakal PP
Annuqayah. Sekitar 23 tahun Kiai Syarqawi memimpin pesantren Annuqayah.
Setelah Kiai Syarqawi meninggal dunia pada bulan Januari 1911, pesantren
dipimpin oleh putra beliau dari isteri pertama, K.H. Bukhari, yang
dibantu oleh K.H. Moh. Idris dan K.H. Imam.
Mulai tahun 1917, kepemimpinan pesantren dilanjutkan oleh salah seorang
putra Kiai Syarqawi, yakni K.H. Moh. Ilyas. Pada masa kepemimpinan Kiai
Ilyas inilah, Annuqayah mengalami banyak perkembangan, misalnya pola
pendekatan masyarakat, sistem pendidikan dan pola hubungan dengan
birokrasi pemerintah. Perkembangan lain yang terjadi adalah ketika pada
tahun 1923 K. Abdullah Sajjad, saudara Kiai Ilyas, membuka pesantren
sendiri. Tempat baru itu kemudian dikenal dengan nama Latee ini berjarak
sekitar 100 meter di sebelah timur kediaman K. Ilyas. Sejak K. Abdullah
Sajjad membuka pesantren sendiri, pesantren-pesantren daerah di
Annuqayah terus berkembang dan bermunculan, sehingga sekarang Annuqayah
tampak sebagai “pesantren federasi”.
Setelah Kiai Ilyas meninggal dunia di penghujung 1959, kepemimpinan di
Annuqayah untuk selanjutnya berbentuk kolektif, yang terdiri dari para
kiai sepuh generasi ketiga. Sepeninggal Kiai Ilyas, kepemimpinan
kolektif Annuqayah diketuai oleh K.H. Moh. Amir Ilyas (w. 1996), dan
kemudian dilanjutkan oleh K.H. Ahmad Basyir AS.
C. Perkembangan Pondok Pesantren Annuqayah.
Annuqayah merupakan pesantren yang berbentuk federasi. Hal itu dimulai
sejak Kyai Abdullah Sajjad mendirikan pesantren sendiri yang bernama
Latee pada tahun 1923. Inisiatif itu dilakukan ketika Annuqayah daerah
Lubangsa yang didirikan Kyai Syarqawi tidak mampu lagi menampung
santrinya. Berdirinya daerah Latee kemudian diikuti oleh berdirinya
daerah-daerah lain. Hingga tahun 1972 Annuqayah sudah terdiri dari lima
daerah yang seluruhnya diasuh oleh keturunan dan menantu Kyai Syarqawi,
sebagaimana pada tabel berikut:
Pada tahun 1978, luas areal tanah pesantren hanya sekitar 2,5 ha. Di
atasnya berdiri kurang lebih 150 asrama santri yang hampir seluruhnya
terdiri dari bangunan kecil terbuat dari bambu, dihuni oleh 981 orang
santri yang menetap, diasuh oleh enam orang kyai dan 44 tenaga pengajar.
Juga terdapat 325 santri kalong yang setiap pagi belajar pada sekolah
formal yang terdiri dari tingkat Ibtidaiyah dan Muallimin enam tahun.
Santri-santri itu sebagian besar berasal dari Kabupaten Sumenep dan yang
lain berasal dari beberapa Kabupaten di Jawa Timur yang memang bearasal
dari keturunan Madura. Selain dari pendidikan formal tersebut,
pengajaran dengan sistem lama; wetonan dan sorogan pun tetap berjalan
biasa. Selain itu, terdapat pula pendidikan ketrampilan yang mulai
digalakkan oleh pemerintah pada awal tahun 1970-an.
Pada waktu itu Annuqayah memiliki satu masjid dan tiga mushalla, dua
gedung madrasah dengan enam ruang sederhana. Dan juga terdapat sebuah
kantor dengan dua ruang yang digunakan sebagai kantor pesantren,
madrasah ibtidaiyah, madrasah muallimin dan sebuah ruang workshop.
Selama hampir 30 tahun dari tahun 1950 sampai akhir tahun 1970-an,
perkembangan Pesantren Annuqayah sangat lambat. Tidak ada perubahan yang
signifikan baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Perkembangan
Annuqayah kembali pesat setelah periode itu hingga tahun 1980-an akhir.
Perkembangan jumlah santri dapat dilihat pada tabel berikut:
Pertumbuhan jumlah santri seiring dengan bertambahnya jumlah
daerah-daerah yang merupakan bagian integral dari pesantren Annuqayah.
Daerah-daerah itu berdiri lebih banyak disebabkan oleh tuntutan
masyarakat terhadap kiai yang bersangkutan untuk mendirikan pesantren.
Hal itu biasanya terjadi setelah kiai itu menikah dan membangun kediaman
sendiri di sekitar pesantren. Dengan adanya tempat baru itu, secara
berangsung-angsur datang masyarakat yang ingin belajar agama bahkan
menetap/mondok, sehingga saat ini Annuqayah telah terdiri dari 26
daerah. Berikut ini data jumlah santri dari daerah-daerah tersebut.
D. Organisasi Pengelola
Pesantren Annuqayah dapat disebut sebagai pesantren federal yang saat
ini mengelola 26 pesantren daerah (kepengasuhan). Daerah-daerah tersebut
memiliki hak otonom dan kedaulatan penuh. Masing-masing memiliki kiai,
ustadz, santri, pondok, mushalla/masjid, serta tata aturan
sendiri-sendiri. Akan tetapi, setiap daerah membawa satu bendera atas
nama Annuqayah.
Ada 4 (empat) faktor yang mengikat seluruh daerah menjadi satu kesatuan
integral. Pertama, masing-masing daerah dipimpin oleh saudara
seketurunan dari pendiri pesantren ini. Kedua, hampir seluruh santri
belajar di sekolah formal yang dikelola secara kolektif, mulai dari
tingkat Taman Kanak-Kanak hingga Perguruan Tinggi. Ketiga, semua santri
mengikuti program-program yang dilaksanakan oleh Pondok Pesantren
Annuqayah. Keempat, seluruh daerah berada dalam satu kepengurusan
(kelembagaan).
Pengelolaan berbagai aktivitas kepesantrenan di Annuqayah saat ini
dikelola oleh dua organisasi utama, yaitu Pondok Pesantren Annuqayah dan
Yayasan Annuqayah. Dua organisasi ini masing-masing berdiri sendiri
secara sejajar dan masing-masing menangani seluruh sub-sub lembaga di
bawahnya serta unit-unit kegiatan menurut bidangnya.
1. Pondok Pesantren Annuqayah.
Lembaga ini berupa kepengurusan yang terstruktur, terdiri dari Dewan Pengasuh, Pengurus Harian dibantu oleh bidang kesekretariatan atau petugas administrasi yang berkenaan dengan unit-unit kegiatan yang berupa biro-biro yang ada di bawahnya. Biro ini membawahi unit-unit kegiatan santri, seperti program khusus pendidikan bahasa asing, pendidikan kepesantrenan, kesehatan dan lingkungan, pramuka, jurnalistik, pembinaan ketrampilan, perpustakaan, penerbitan, pengabdian masyarakat, dan lain-lain. Ada juga biro yang menangani pembangunan sarana dan prasarana fisik di lingkungan pesantren.
Lembaga ini berupa kepengurusan yang terstruktur, terdiri dari Dewan Pengasuh, Pengurus Harian dibantu oleh bidang kesekretariatan atau petugas administrasi yang berkenaan dengan unit-unit kegiatan yang berupa biro-biro yang ada di bawahnya. Biro ini membawahi unit-unit kegiatan santri, seperti program khusus pendidikan bahasa asing, pendidikan kepesantrenan, kesehatan dan lingkungan, pramuka, jurnalistik, pembinaan ketrampilan, perpustakaan, penerbitan, pengabdian masyarakat, dan lain-lain. Ada juga biro yang menangani pembangunan sarana dan prasarana fisik di lingkungan pesantren.
Dewan Pengasuh, yang terdiri dari tujuh kiai sepuh, merupakan jajaran
pimpinan yang pemegang kebijakan tertinggi sekaligus membina pelaksanaan
kegiatan pendidikan dan kepesantrenan. Sementara Pengurus Harian
merupakan pelaksana kebijakan-kebijakan Dewan Pengasuh, serta mengatur
tata tugas dan pendelegasian tugas melalui organ-organ di bawahnya,
menurut aturan mekanisme kerja yang telah ditentukan.
Berikut ini personalia pengurus Pondok Pesantren Annuqayah Masa Bakti 2006-2010.
DEWAN PENGASUH
1. KH. Ahmad Basyir AS. (Ketua)
2. KH. Moh. Mahfoudh Husaini
3. KH. Moh. Ishomuddin AS.
4. Drs. K.H. Warits Ilyas
5. KH. A. Muqsith Idris
6. KH. A. Basith AS. BA.
7. KH. Abbasi Ali
2. KH. Moh. Mahfoudh Husaini
3. KH. Moh. Ishomuddin AS.
4. Drs. K.H. Warits Ilyas
5. KH. A. Muqsith Idris
6. KH. A. Basith AS. BA.
7. KH. Abbasi Ali
PENGURUS HARIAN
Ketua : K.H. A. Hanif Hasan
Wakil Ketua I : K.H. A. Naufal Ashiem
Wakil Ketua II : K.H. A. Hamidi Hasan
Wakil Ketua III : K.H. Muhammad Muhsin Amir
Wakil Ketua IV : K. Alawi Thaha
Sekretaris : K. M. Mushthafa
Wakil Sekretaris : K. Muhammad-Affan
Bendahara : K. M. Hazmi Basyir
Wakil Bendahara : K. M. Halimi Ishom
Wakil Ketua I : K.H. A. Naufal Ashiem
Wakil Ketua II : K.H. A. Hamidi Hasan
Wakil Ketua III : K.H. Muhammad Muhsin Amir
Wakil Ketua IV : K. Alawi Thaha
Sekretaris : K. M. Mushthafa
Wakil Sekretaris : K. Muhammad-Affan
Bendahara : K. M. Hazmi Basyir
Wakil Bendahara : K. M. Halimi Ishom
BIRO-BIRO
1. Biro Pendidikan Kepesantrenan/Non-Formal : K. A. Muhajir Bahruddin
2. Biro Pembinaan Bahasa : K. A. Farid Hasan
3. Biro Pembinaan Minat dan Keorganisasian Santri : K. A. Faidli Abbasi
4. Biro Pendidikan Keterampilan dan Kewirausahaan : Amir Thaha
5. Biro Keamanan dan Ketertiban : K. A. Syauqi Ishom
6. Biro Kesehatan, Lingkungan Hidup,
dan Pengabdian kepada Masyarakat : K. M. Zamiel el-Muttaqien
7. Biro Sarana dan Prasarana : Mumdarin
8. Biro Humas, Publikasi, dan Alumni : K. A. Maimun Syamsuddin
2. Biro Pembinaan Bahasa : K. A. Farid Hasan
3. Biro Pembinaan Minat dan Keorganisasian Santri : K. A. Faidli Abbasi
4. Biro Pendidikan Keterampilan dan Kewirausahaan : Amir Thaha
5. Biro Keamanan dan Ketertiban : K. A. Syauqi Ishom
6. Biro Kesehatan, Lingkungan Hidup,
dan Pengabdian kepada Masyarakat : K. M. Zamiel el-Muttaqien
7. Biro Sarana dan Prasarana : Mumdarin
8. Biro Humas, Publikasi, dan Alumni : K. A. Maimun Syamsuddin
2. Yayasan Annuqayah
Lembaga ini didirikan pada tahun 1984. Pada awalnya alasan pendirian yayasan dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan mendirikan sekolah tinggi. Tetapi akhirnya tugasnya diperluas mengelola pendidikan dasar dan menengah. Selain itu, Yayasan Annuqayah memiliki unit usaha pertokoan, home industri, tambak, pertanian dan perkebunan, yang menjadi aset dan sumber penghasilan yayasan.
Lembaga ini didirikan pada tahun 1984. Pada awalnya alasan pendirian yayasan dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan mendirikan sekolah tinggi. Tetapi akhirnya tugasnya diperluas mengelola pendidikan dasar dan menengah. Selain itu, Yayasan Annuqayah memiliki unit usaha pertokoan, home industri, tambak, pertanian dan perkebunan, yang menjadi aset dan sumber penghasilan yayasan.
Struktur kepengurusan Yayasan Annuqayah terdiri dari Dewan Pembina yang
beranggotakan kiai sepuh, Dewan Pengawas, dan Pengurus Harian dengan
dibantu sekretariat dan bidang-bidang. Sejak tahun 2006 ini, Yayasan
tidak lagi mengelola aktivitas pendidikan di lingkungan Annuqayah,
tetapi lebih fokus menangani pengelolaan aset dan usaha yang diarahkan
sebagai sumber dana atau pembiayaan aktivitas pesantren.
Berikut ini personalia pengurus Yayasan Annuqayah Masa Bakti 2006-2011.
Dewan Pembina
1. KH. Ahmad Basyir AS.
2. KH. Moh. Mahfoudh Husaini
3. KH. Moh. Ishomuddin AS.
4. Drs. K.H. Warits Ilyas
5. KH. A. Muqsith Idris
6. KH. A. Basith AS. BA.
7. KH. Abbasi Ali
Dewan Pengawas
1. KH. Abd. A`la
2. KH. A. Naufal Ashiem
3. KH. Hamidi Hasan
4. KH. Baihaqi Syafiuddin
5. K. Zainuddin
1. KH. Ahmad Basyir AS.
2. KH. Moh. Mahfoudh Husaini
3. KH. Moh. Ishomuddin AS.
4. Drs. K.H. Warits Ilyas
5. KH. A. Muqsith Idris
6. KH. A. Basith AS. BA.
7. KH. Abbasi Ali
Dewan Pengawas
1. KH. Abd. A`la
2. KH. A. Naufal Ashiem
3. KH. Hamidi Hasan
4. KH. Baihaqi Syafiuddin
5. K. Zainuddin
Pengurus Harian
Ketua : H. A. Panji Taufiq
Wakil Ketua : Drs. Taufiqurrahman
Sekretaris : K. M. Ainul Yaqin
Wakil Sekretaris : Muhammad Afnan
: Moh. Miftahunaim, S.H. I.
Bendahara : KH. Ahmad Hazim
Wakil Bendahara : H. Asnawi Sholeh
Ketua : H. A. Panji Taufiq
Wakil Ketua : Drs. Taufiqurrahman
Sekretaris : K. M. Ainul Yaqin
Wakil Sekretaris : Muhammad Afnan
: Moh. Miftahunaim, S.H. I.
Bendahara : KH. Ahmad Hazim
Wakil Bendahara : H. Asnawi Sholeh
Bidang-bidang
Bidang Pertanahan: : Fathorrahiem, S. Pd. I.
H. Imam Mahdi
H. Helmi
Bidang Pertokoan : H. Hasbi Musyaffa’
H. A. Dauri, S. Ag.
Bidang Donatur : Jamal Rowi
H. Zubairi
Yusri Fath, S. Ag.
Bidang Pertanahan: : Fathorrahiem, S. Pd. I.
H. Imam Mahdi
H. Helmi
Bidang Pertokoan : H. Hasbi Musyaffa’
H. A. Dauri, S. Ag.
Bidang Donatur : Jamal Rowi
H. Zubairi
Yusri Fath, S. Ag.
E. Kegiatan Pendidikan dan Ciri Khas
1. Pendidikan Sekolah
Pendidikan dengan sistem kelas/sekolah di Pesantren Annuqayah dimulai pada tahun 1933, dirintis oleh K.H. Khazin Ilyas, setelah menamatkan studinya di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Pada waktu itu Kiai Khazin mendirikan madrasah secara sederhana, sehingga mencapai 3 (tiga) kelas, yang kurikulumnya kira-kira sederajat dengan tingkat Madrasah Tsanawiyah.
Pendidikan dengan sistem kelas/sekolah di Pesantren Annuqayah dimulai pada tahun 1933, dirintis oleh K.H. Khazin Ilyas, setelah menamatkan studinya di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Pada waktu itu Kiai Khazin mendirikan madrasah secara sederhana, sehingga mencapai 3 (tiga) kelas, yang kurikulumnya kira-kira sederajat dengan tingkat Madrasah Tsanawiyah.
Perubahan ini ditindaklanjuti oleh K.H. Moh. Mahfoudh Husaini (menantu
K.H. Abdullah Sajjad), dengan melakukan perubahan sistem pendidikan di
Pondok Pesantren Annuqayah, dari sistem pendidikan madrasah salafi
menjadi pendidikan madrasah formal. Maka pada tahun 1951 didirikanlah
Madrasah Tsanawiyah.
Pada perkembangan selanjutnya, di bawah pimpinan K.H. M. Amir Ilyas,
Madrasah Tsanawiyah diubah menjadi Madrasah Muallimin (empat tahun),
kemudian pada tahun 1967 disempurnakan menjadi Madrasah Muallimin
lengkap (enam tahun). Namun akhirnya, untuk menyesuaikan dengan
peraturan pemerintah, pada tahun 1979 Madrasah Muallimin lengkap diubah
menjadi Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah, sehingga pada tahun itu
pula ada 3 tingkatan pendidikan (madrasah) di Annuqayah yaitu, MI, MTs
dan MA.
Dalam perkembangan selanjutnya, pada tanggal 13 Oktober 1984 Annuqayah mendirikan Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) dengan satu fakultas, yakni syariah. Pada 5 September 1986, PTAI ini diubah menjadi STISA (Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Annuqayah). Kemudian pada tahun berikutnya Pondok Pesantren Annuqayah membuka satu fakultas baru yaitu fakultas Tarbiyah dengan nama STITA (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Annuqayah). Pada tahun 1996, STISA dan STITA dijadikan satu sekolah tinggi, dengan nama Sekolah Tinggi Agama Islam (STIKA) dengan status terakreditasi pada bulan Nopember 2000.
Dalam perkembangan selanjutnya, pada tanggal 13 Oktober 1984 Annuqayah mendirikan Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) dengan satu fakultas, yakni syariah. Pada 5 September 1986, PTAI ini diubah menjadi STISA (Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Annuqayah). Kemudian pada tahun berikutnya Pondok Pesantren Annuqayah membuka satu fakultas baru yaitu fakultas Tarbiyah dengan nama STITA (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Annuqayah). Pada tahun 1996, STISA dan STITA dijadikan satu sekolah tinggi, dengan nama Sekolah Tinggi Agama Islam (STIKA) dengan status terakreditasi pada bulan Nopember 2000.
Pada tahun 1986, semakin lengkaplah jenjang pendidikan yang ada di
Pondok Pesantren Annuqayah dengan didirikannya Taman Kanak-kanak “Bina
Anaprasa” dengan bekerjasama dengan PKBI dan Japan Internasional
Exchange of Culture (JIEC)
Dari semua jenjang pendidikan formal yang ada di Annuqayah, sebagian
besar memakai kurikulum Departemen Agama (Depag) yang diakomodasikan
dengan kurikulum Pondok Pesantren Annuqayah. Dari sistem kurikulum ini
hanya untuk pelajaran yang sifatnya mata pelajaran umum yang
mempergunakan kurikulum Depag, sedangkan untuk mata pelajaran adalah
mempergunakan kurikulum Pondok Pesantren Annuqayah dengan mempergunakan
kitab-kitab klasikal berbahasa Arab (kitab kuning). Namun ada juga yang
secara formal langsung berkiblat pada kurikulum Depag.
Secara umum lembaga pendidikan formal di Pondok Pesantren Annuqayah
merupakan perpaduan antara model dan sistem pendidikan yang
klasikal-tradisional dan sistem modern, yaitu dengan mempertahankan
tradisi keilmuan salafiyah yang dipadukan dengan pola dan metode modern
yang dianggap masih relevan dan pada akhirnya dimaksudkan sebagai
peningkatan kualitas pendidikan di Pondok Pesantren Annuqayah.
2. Pendidikan Nonformal
Tanpa meninggalkan tradisi kepesantrenan, Pondok Pesantren Annuqayah terus mengembangkan tradisi pendidikan wetonan dan sorogan pada jam-jam di luar pendidikan formal, yaitu dengan pengajian kitab klasikal. Bidang – bidang kajiannya pun terbatas pada materi keagamaan seperti, kajian tafsir, hadist, fiqh, akhlak/tasawuf, dan ilmu alat, seperti ilmu nahwu dan ilmu sharraf. Hal ini juga didukung dengan kegiatan pengkajian keagamaan dengan bahtsul masail (kajian masalah hukum keagamaan) yang sampai saat ini tetap masih dipertahankan oleh Pondok Pesantren Annuqayah.
Tanpa meninggalkan tradisi kepesantrenan, Pondok Pesantren Annuqayah terus mengembangkan tradisi pendidikan wetonan dan sorogan pada jam-jam di luar pendidikan formal, yaitu dengan pengajian kitab klasikal. Bidang – bidang kajiannya pun terbatas pada materi keagamaan seperti, kajian tafsir, hadist, fiqh, akhlak/tasawuf, dan ilmu alat, seperti ilmu nahwu dan ilmu sharraf. Hal ini juga didukung dengan kegiatan pengkajian keagamaan dengan bahtsul masail (kajian masalah hukum keagamaan) yang sampai saat ini tetap masih dipertahankan oleh Pondok Pesantren Annuqayah.
Kegiatan ini biasanya dilaksakan pada sore hari atau pagi hari (sebelum
jam sekolah formal) oleh sebagian besar santri mukim (yang menetap di
Pondok Pesantren), disamping para santri yang kalong (tidak menetap di
Pondok Pesantren).
Selain pengajian kitab klasik/kitab kuning tersebut, Pondok Pesantren
Annuqayah sudah mengembangkan pendidikan semi formal dengan
diaktifkannya Madrasah Diniyah. Madrasah ini dikembangkan oleh
masing-masing daerah yang ada di Pondok Pesantren Annuqayah yang
dilaksanakan pada malam hari (dari ba’da Maghrib sampai dengan jam 20.30
WIB) dan diwajibkan bagi semua santri.
Pendidikan ini murni mandiri tanpa menggantungkan pada pihak siapapun,
baik pengelolaan sampai dengan kurikulum yang dipakai. Sehingga
kurikulum yang dipakai mempergunakan kurikulum yang dibuat sendiri oleh
Pondok Pesantren Annuqayah dengan materi pelajaran khusus keagamaan.
Sedangkan tingkatan yang ada selama ini adalah dari tingkat Awwaliyah/Dasar (6 tingkat kelas) dan tingkat Wustha/Menengah (3 tingkat kelas).
Sedangkan tingkatan yang ada selama ini adalah dari tingkat Awwaliyah/Dasar (6 tingkat kelas) dan tingkat Wustha/Menengah (3 tingkat kelas).
F. Kegiatan Ekstra Kurikuler / Kursus / Keterampilan
Disamping mengedepankan pendidikan tradisional-non formal, pesantren
Annuqayah juga mengembangkan pendidikan formal. Dari pola pendidikan
formal tersebut mulai dikembangkan kegiatan-kegiatan intra sekolah
(ekstra kurikuler), dan ekstra sekolah (unit siswa/santri). Disamping
adanya lembaga kursus – kursus dan beberapa unit keterampilan yang
diselenggarakan oleh pesantren.
Hal ini sebenarnya berangkat dari upaya untuk bisa memenuhi kebutuhan
santri dalam mengimbangi pendidikan yang ada didalam pesantren.
Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Kepramukaan
Keberadaan pramuka di Pondok Pesantren Annuqayah berawal dari ide dasar dari K.H. Amir Ilyas pada tahun 1984. Secara historis gerakan pramuka merupakan suatu fenomena yang universal, dimana pramuka selalu menjadi faktor dominan dalam membentuk arah pembangunan nasional. Walaupun dikaitkan dengan masalah biologis, namun disisi lain pramuka mempunyai segi – segi yang bersifat kultural, psikologis, demografis dan politis sehingga pramuka mendapatkan predikat sebagai pelaku perubahan.
Keberadaan pramuka di Pondok Pesantren Annuqayah berawal dari ide dasar dari K.H. Amir Ilyas pada tahun 1984. Secara historis gerakan pramuka merupakan suatu fenomena yang universal, dimana pramuka selalu menjadi faktor dominan dalam membentuk arah pembangunan nasional. Walaupun dikaitkan dengan masalah biologis, namun disisi lain pramuka mempunyai segi – segi yang bersifat kultural, psikologis, demografis dan politis sehingga pramuka mendapatkan predikat sebagai pelaku perubahan.
Dari hal tersebut, gerakan pramuka Gudep Sumenep 0761/0762 Pondok
Pesantren Annuqayah merupakan suatu alat pendidikan non formal dari
kegiatan yang dilaksanakan setiap minggu. Dengan di isi kegiatan yang
kreatif, inovatif, antraktif, produktif dan rekreatif serta
mengembangkan jiwa kemandirian, keterampilan, ilmu pengetahuan dan
potensi kepemimpinan.
Sedangkan data jumlah anggota yang ada selama ini adalah 216 santri
anggota tetap, yang terdiri dari penggalang putra 80, santri putra (8
regu / 2 pasukan), penegak putra 40, santri (4 Sangga / 1 Ambalan) dan
penggalang putri 80, santri (8 regu / 2 pasukan), penegak putri, 16
santri (2 Sangga / 1 Ambalan) serta 25 orang pembina putera (2 mahir dan
23 pembantu) dan 6 orang pembina putri (3 orang pembina mahir dan 3
orang pembina pembantu).
2. Markaz Dirosah Allughah Al-Arabiyah
Historis berdirinya lembaga bahasa Arab berawal dari signifikannya bahasa Arab di pondok pesantren, termasuk juga di Pondok Pesantren Annuqayah.
Pengembangan bahasa Arab di Annuqayah sebenarnya dirintis di era 70 – an, yaitu mulai keikutsertaan pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah (diantaranya K.H. A. Basith AS, BA dan K.H. A. Wadud Munir) pada penataran bahasa Arab yang diadakan di masjid Al-Falah Surabaya, sehingga anggota dari pengembangan bahasa Arab tersebut masih terbatas kepada para masyayikh dengan metode turjumah kedalam bahasa Indonesia.
Historis berdirinya lembaga bahasa Arab berawal dari signifikannya bahasa Arab di pondok pesantren, termasuk juga di Pondok Pesantren Annuqayah.
Pengembangan bahasa Arab di Annuqayah sebenarnya dirintis di era 70 – an, yaitu mulai keikutsertaan pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah (diantaranya K.H. A. Basith AS, BA dan K.H. A. Wadud Munir) pada penataran bahasa Arab yang diadakan di masjid Al-Falah Surabaya, sehingga anggota dari pengembangan bahasa Arab tersebut masih terbatas kepada para masyayikh dengan metode turjumah kedalam bahasa Indonesia.
Tapi pada periode 1989, tepatnya tanggal 2 Agustus, pengembangan bahasa
Arab itu mulai dikoordinir dengan perencanaan dan pengembangan program
yang dilaksanakan dalam bentuk pola pengembangan yang lebih terorganisir
dengan nama “Markaz Dirosah Allughah Al-Arabiyah”.
Sedangkan materi yang diberikan adalah dengan sistem mahfudhat, al-turjumah, insya’ dan muhadatsah dengan melaksanakan kegiatan kursus yang dilaksanakan setiap minggu dengan empat kali pertemuan serta juga dengan mengaktifkan budaya berbicara bahasa arab dikalangan santri Pondok Pesantren Annuqayah.
Sedangkan materi yang diberikan adalah dengan sistem mahfudhat, al-turjumah, insya’ dan muhadatsah dengan melaksanakan kegiatan kursus yang dilaksanakan setiap minggu dengan empat kali pertemuan serta juga dengan mengaktifkan budaya berbicara bahasa arab dikalangan santri Pondok Pesantren Annuqayah.
3. English Education Program Pondok Pesantren Annuqayah (EEP-PPA)
Bahasa Inggris sebagai bahasa komunikasi internasional dirasa sebagai sesuatu yang signifikan, sehingga sekitar tahun 1953 beberapa pengasuh mulai belajar bahasa Inggris. Komitmen untuk mengembangkan bahasa Inggris di Pondok Pesantren Annuqayah semakin kuat, pada tahun 80-an Pondok Pesantren Annuqayah melakukan kerjasama dengan The Asia Foundation dan Volunters in Asia (VIA). Dengan kerjasama tersebut pada tahun 1983. Pondok Pesantren Annuqayah mendapatkan bantuan tenaga pengajar asing pertama, Thomas Hutchin untuk mengajar selama empat tahun (1983-1987).
Bahasa Inggris sebagai bahasa komunikasi internasional dirasa sebagai sesuatu yang signifikan, sehingga sekitar tahun 1953 beberapa pengasuh mulai belajar bahasa Inggris. Komitmen untuk mengembangkan bahasa Inggris di Pondok Pesantren Annuqayah semakin kuat, pada tahun 80-an Pondok Pesantren Annuqayah melakukan kerjasama dengan The Asia Foundation dan Volunters in Asia (VIA). Dengan kerjasama tersebut pada tahun 1983. Pondok Pesantren Annuqayah mendapatkan bantuan tenaga pengajar asing pertama, Thomas Hutchin untuk mengajar selama empat tahun (1983-1987).
Kemudian secara berkala samapai dengan tahun 1995, Pondok Pesantren
Annuqayah menerima 5 orang tenaga pengajar (Miss Diance, Refael Reyse,
Robert Bedecker, Brian Harmon dan Jeffry Robert Anderson dan terakhir
Miss Margareth and John [AVI]). Native speaker pertama (Thomas Hutchin)
sempat menyusun buku Kamus dan Tata Bahasa (2 jilid) serta buku bahasa
Inggris untuk pemula yang sampai saat ini masih dipergunakan
mengembangkan bahasa Inggris.
4. Kursus Komputer Annuqayah
Teknologi informatika telah menuntut banyak perhatian yang lebih besar dari setiap generasi ke generasi. Dan berangkat dari hal tersebut santri Annuqayah yang nota bene merupakan salah satu faktor penentu di era globalisasi juga dituntut untuk bisa berperan aktif dalam menghadapi tantangan tersebut.
Dengan semakin pesatnya perhatian santri untuk bisa ikut dalam kursus ini semakin menjadi indikasi bahwa santri sudah siap untuk menghadapi dunia baru di abad XXI. Oleh karena itu pada tahun 1994 dibukalah kursus komputer bagi santri Annuqayah walaupun dengan prasana yang cukup terbatas sekali.
Teknologi informatika telah menuntut banyak perhatian yang lebih besar dari setiap generasi ke generasi. Dan berangkat dari hal tersebut santri Annuqayah yang nota bene merupakan salah satu faktor penentu di era globalisasi juga dituntut untuk bisa berperan aktif dalam menghadapi tantangan tersebut.
Dengan semakin pesatnya perhatian santri untuk bisa ikut dalam kursus ini semakin menjadi indikasi bahwa santri sudah siap untuk menghadapi dunia baru di abad XXI. Oleh karena itu pada tahun 1994 dibukalah kursus komputer bagi santri Annuqayah walaupun dengan prasana yang cukup terbatas sekali.
5. Kursus Mengetik Dasar Pondok Pesantren Annuqayah (KMD-PPA)
Kursus Megetik di Pondok Pesantren Annuqayah adalah hasil usaha dari salah seorang native speaker bahasa Inggris, yaitu Thomas Hucthins pada tahun 1984. Dari usaha inilah Pondok Pesantren Annuqayah berusaha untuk lebih mengembangkan keberadaan Kursus Mengetik Dasar ini bagi santri dengan melakukan kerjasama sebagai mitra kerja dengan Depnaker Kabupaten Sumenep.
Kursus Megetik di Pondok Pesantren Annuqayah adalah hasil usaha dari salah seorang native speaker bahasa Inggris, yaitu Thomas Hucthins pada tahun 1984. Dari usaha inilah Pondok Pesantren Annuqayah berusaha untuk lebih mengembangkan keberadaan Kursus Mengetik Dasar ini bagi santri dengan melakukan kerjasama sebagai mitra kerja dengan Depnaker Kabupaten Sumenep.
Secara indirect tujuan program kerja KMD ini adalah pemberdayaan skill
manajerial dan administrasi yang nantinya dapat mengarahkan santri untuk
mempunyai keterampilan yang berkualitas, terampil, kretif dan
progresif.
Sedangkan tenaga pembimbing dari Kursus Mengetik Dasar ini adalah
berasal dari santri Pondok Pesantren Annuqayah dengan jumlah sekitar 10
orang.
6. Tailor
Variasi kegiatan keterampilan yang ada di Pondok Pesantren Annuqayah
juga dibuktikan dengan adanya keterampilan jahit menjahit yang
dikembangkan dengan membuka usaha tailor untuk pesanan.
Potensi ini merupakan langkah dari usaha Pondok Pesantren Annuqayah dalam membuka peluang kepribadian santri untuk dapat menyalurkan skill yang dimiliki. Kendati ada beberapa hambatan karena keterbatasan sarana dan prasarana, tetapi kegiatan ini mulai meng-cover diri dengan kegiatan – kegiatan yang lebih kongkrit.
Potensi ini merupakan langkah dari usaha Pondok Pesantren Annuqayah dalam membuka peluang kepribadian santri untuk dapat menyalurkan skill yang dimiliki. Kendati ada beberapa hambatan karena keterbatasan sarana dan prasarana, tetapi kegiatan ini mulai meng-cover diri dengan kegiatan – kegiatan yang lebih kongkrit.
7. Fotografi
Keterampilan fotografi merupakan lembaga keterampilan yang masih dikelola dibawah nauangan Yayasan Annuqayah. Perkembangan keterampilan fotografi setiap tahunnya tak seberapa. Hal ini disebabkan masalah perlengkapan teknis dan perangkat-perangkat fotografi yang kurang memadai.
Sedangkan konsumen lembaga fotografi ini lebih banyak pada santri yang berdomisili di Pondok Pesantren Annuqayah atau juga ada sebagian masyarakat yang di sekitar Pondok Pesantren Annuqayah atau diluar daerah kecamatan.
8. Jamiyatul Qurra’
Keberadaan Jamiyatul Qurra’ merupakan potensi tersendiri yang ada di
Pondok Pesantren Annuqayah. Sebab dengan adanya ini, sangat dimunkinkan
sekali bahwa santri yang mempunyai keterampilan olah vokal dalam
tilawatil qur’an dapat melatih suara dan seni membaca di Jamayatul
qur’an. Jamiyatul qurra’ ini mula-mula dirintis oleh K.H. Amir Ilyas
pada tahun 1981. Sedangkan instruktur yang melatih para santri adalah
Ust. Mudda’ie (Qari’ terbaik nasional MTQ 1998) dibantu beberapa
pembimbing lainnya, dengan peserta Jamiyatul Qurra’ 110 santri putra dan
putri.
9. Sanggar Seni
Potensi seni dikalangan santri juga menjadi perhatian dari para Pengurus
Pondok Pesantren Annuqayah. Hal ini terbukti dengan munculnya
sanggar-sanggar seni, yang selama 5 tahun terakhir sudah berjumlah 6
sanggar seni yang berbeda antara santri putera dan puteri. Diantara
sanggar-sanggar seni yang ada selama ini adalah Sanggar Kreasi Seni
Islami (SaKSI-putera), sanggar Andalas (putera), sanggar Nurani
(putera), Sanggar Al-Zalzalah (puteri), sanggar “Pajjer Laggu” (puteri)
dan sanggar jejak (puteri)
Kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan pun juga beragam, dari
kegiatan-kegiatan pementasan theater, peluncuran antologi,
perlombaan-perlombaan seni sampai dengan pengadaan bedah buku seni,
simposium dan seminar-seminar.
G. Kegiatan Ekonomi Dan Pengembangan Masyarakat
Pondok Pesantren Annuqayah merupakan lembaga pendidikan keagamaan yang
memiliki konsern terhadap pengembangan ekonomi dan kemasyarakatan.
Sebagai sebuah institusi ia membutuhkan sumber-sumber ekonomi untuk
menjalankan kegiatannya di samping sebagai upaya pemberdayaan ekonomi
masyarakat. Adapun kegiatan-kegiatannya sebagai berikut:
1. Unit usaha produktif
Unit usaha pesantren terdiri lima jenis, yaitu:
1. Usaha pertokoan dan jasa
2. Pertanian/perkebunan
3. Peternakan
4. Home industri yang berbasis pada hasil pertanian.
5. Penanaman modal.
6. Tambak
1. Usaha pertokoan dan jasa
2. Pertanian/perkebunan
3. Peternakan
4. Home industri yang berbasis pada hasil pertanian.
5. Penanaman modal.
6. Tambak
Usaha pertokoan, terdiri dari tiga unit, yang terdiri dari toko
alat-alat sekolah, toko kain dan konfeksi dan toko kelontong yang
menyediakan kebutuhan sehari-hari. Seluruhnya terletak di luar lokasi
pesantren dan dioperasikan oleh ustadz pesantren yang sudah berkeluarga
dan anggota masyarakat yang menjadi binaan pesantren. Sedangkan usaha
dalam bentuk jasa adalah berupa jasa angkutan; dua unit mobil station.
Yang lain berupa satu unit Wartel yang juga terletak di luar pesantren.
Sedangkan usaha pertanian/perkebunan, yaitu tanaman palawija yang
terdiri dari tanaman jagung dan kedelai. Tanaman hortikultura yang
terdiri dari bawang, cabe jamu dan merica di empat desa di kecamatan
Guluk-Guluk. Sedangkan perkebunan, yaitu kebun mente di dua desa,
masing-masing kebun Assalam seluas 20 hektar dan 6 hektar. Dari kebun
Assalam tahun 1999 diperoleh pendapatan sebesar Rp. 3.668.350.
Di bidang peternakan terdiri dari ternak ayam ras dan buras terdapat di
tiga kecamatan di Sumenep. Yang lain adalah ternak sapi di tiga dusun di
kecamatan Guluk-Guluk sebanyak 28 ekor.
Adapun kegiatan home industri masih dalam tahap rintisan sejak
didirikannya Pusat Inkubator Agrobisnis Pondok Pesantren Annuqayah tahun
1998, bekerjasama dengan Departemen Perhutanan RI. Jenis produksinya
yaitu Gula merah (gula siwalan), Jubathe (makanan khas Sumenep yang
bahan utamanya adalah gula merah). Kripik singkong dan kripik pisang,
rengginang, tape dan emping jagung. Kecuali tape, seluruh jenis produksi
sudah berjalan. Sedangkan tape masih dalam rintisan.
Yang terakhir adalah penanaman saham/modal sebanyak tujuh lembar saham
di usaha penggergajian Nahdlatut Tujjar, satu lembar saham bernilai Rp.
1.481.000. Sedang 12 lembar saham lagi di Koperasi PP. Annuqayah,
masing-masing senilai Rp. 15.000. Sedangkan tambak dengan luas satu
hektar lebih, senilai Rp. 30.masih dalam rintisan.
Selain usaha penanaman modal, seluruhnya dikerjakan oleh kelompok tani
dan pengajian binaan BPM-PPA dengan perjanjian bagi hasil.
Selain usaha produktif, Annuqayah memperoleh bantuan dana setiap tahun
dari pada donatur yayasan. Para donatur terbagi dalam 26 kelompok,
seluruhnya berjumlah 296 orang. Tahun 1999 bantuan dari donatur sebesar
Rp 20.158.100. Sedangkan bantuan barang, berupa tanah seluruhnya seluas
194.331 M2, seluruhnya senilai Rp. 73.685.000, yang tersebar Kecamatan
Guluk-Guluk dan Pasongsongan Sumenep.
Di Annuqayah terdapat banyak lembaga-lembaga otonom, termasuk
pesantren-pesantren daerah. Oleh karenanya, untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan pendanaan bagi pembangunan atau pengembangan
daerahnya, mereka mengusahan peluang-peluang usaha sendiri yang
ditangani oleh para pengurusnya beserta kiai/pengasuhnya masing-masing.
Selain itu setiap pesantren daerah memiliki kantin atau toko yang
dikelola sendiri di daerahnya masing-masing. Demikian juga unit-unit
kegiatan santri yang memiliki modal besar membuka usaha sendiri, yang
rata-rata berupa kantin makanan. Seluruh usaha-usaha ini terletak di
dalam areal pesantren.
2. Kegiatan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat sekitar
Sejak tahun 1978 pemberdayaan masyarakat telah menjadi obsesi Pondok
Pesantren Annuqayah terutama melalui pengembangan ekonomi masyarakat.
Hal itu muncul setelah melihat kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar
pesantren sangat memprihatinkan. Sebab kegiatan keberagamaan masyarakat
tidak akan efektif bila tidak didukung oleh layaknya keadaan ekonomi
masyarakat. Sehingga kegiatan ini menjadi pilihan dakwah bil hal
pesantren.
Pengembangan masyarakat dilaksanakan oleh Biro Pengabdian Masyarakat
Pondok Pesantren Annuqayah (BPM-PPA). Dalam pembinaannya BPM membentuk
kelompok-kelompok masyarakat binaan yang terdiri dari petani, pengrajin
dan pedagang kecil dengan memberikan pendidikan pola-pola pertanian
inovatif, ketrampilan dan bentuk-bentuk kerajianan baru, serta kridit
bahan pertanian dan insentif modal tanpa bunga. Di samping itu, secara
intensif BPM memanfaatkan media-media komunikasi tradisional masyarakat
seperti pengajian dan sebagainya untuk menyampaikan misi-misi
pembinaannya. Melalui media ini proses komunikasi tampak sangat efektif,
sebab mengenai kegiatan keagamaan yang terbentuk di desa-desa memiliki
kaitan emosional dengan para kiai-kiai sepuh pesantren Annuqayah sejak
pertama kali dibukanya pengajian untuk masyarakat umum oleh kiai pada
masa awal berdirinya pesantren Annuqayah.
Bila diklasifikasikan, bidang-bidang garapan BPM, yaitu meliputi a).
pengembangan ekonomi pertanian, kerajinan dan home industries, b).
Pendidikan ketrampilan dan pelatihan, c). Kesehatan.
Seluruh kegiatan menggunakan dana yang diperoleh dari masyarakat maupun
lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Mengenai hubungan BPM-PPA dengan pihak
LSM Seperti LP3ES (mitra pertama BPM-PPA), P3M, Yayasan Mandiri Bina
Desa dan sebagainya dianggap sebagai suatu kerjasama yang diperlukan.
Dalam menghadapi tuntutan perkembangan masyarakat dewasa ini tidak
mungkin pesantren mampu mengatasinya sendiri tanpa bantuan dan kerjsama
dengan pihak lain. Untuk program pengembangan masyarakat yang cukup
kompleks, antara LSM dan pesantren dipandang memiliki kesamaan
pandangan. Pengembangan masyarakat lapis bawah secara partsipatoris
untuk menumbuhkan keswadayaan yang merupakan komitmen kalangan LSM pada
dasarnya sejalan dengan pembebasan kaum tertindas serta pemberantasan
kemiskinan sebagai perwujudan dakwah bagi kalangan pesantren.
Dengan demikian antara Annuqayah dan LSM dipertemukan oleh komitmen yang
sama untuk mengangkat martabat masyarakat lapis bawah. Sehingga
masing-masing pihak bersedia berperan dan menyumbangkan apa yang
dimiliki. Pihak pesantren dengan pangaruh yang dimiliki berperan sebagai
ujung tombak berhadapan langsung dengan masyarakat, sementara pihak LSM
dengan keahliannya membuat konsep serta mencari dana. Dan untuk itu,
tentu kedua pihak sama-sama memperoleh keuntungan.
Beberapa bentuk inovasi pengembangan masyarakat yang dilakukang BPM-PPA sejak tahun 1978 antara lain meliputi:
a. Pengembangan Teknologi Tepat Guna.
Pengembangan teknologi tepat guna (TTG) di PPA dikembangkan sebelum dan
setelah latihan TTG di Pabelan Jawa Tengah yang diadakan LP3ES tahun
1980. Tiga orang delegasi Annuqayah yang diikutkan dalam latihan itu
mulai mengembangkan beberapa jenis teknologi dengan lebih serius. Selama
lima tahun terdapat 12 jenis teknologi yang berkembang di 11 desa
dengan 100 orang tenaga terlatih. Adapan TTG tersebut antara lain:
1. Filterisasi/penjernihan/penapisan air, (1980).
2. Pompa hydram. (1980).
3. Mesin penetas telur, (1980).
4. Ferro cement, (1981)
5. Atap Ijuk Semen, (1980).
6. Pompa Tali (1982)
7. Tungku lorena (1981)
8. Alat Pemipil Jagung (1982)
2. Pompa hydram. (1980).
3. Mesin penetas telur, (1980).
4. Ferro cement, (1981)
5. Atap Ijuk Semen, (1980).
6. Pompa Tali (1982)
7. Tungku lorena (1981)
8. Alat Pemipil Jagung (1982)
b. Pengembangan Bidang Pertanian.
Karena rendahnya pengetahuan masyarakat dan masih kuatnya keyakinan
mereka terhadap pola-pola pertanian lama yang sudah tidak efektif lagi,
maka untuk memasyarakatkan inovasi-inovasi baru pertanian harus
dilakukan secara bertahap dan hati-hati. Pertama, adalah menggugah
kesadaran petani melalui ceramah-ceramah agama dan pengajian-pengajian.
Kedua, memasukkan pola-pola bertani baru dalam kelompok pengajian dalam
kesempatan sehabis ceramah, sambil menjelaskan teknik-teknik penanaman,
pemupukan, pemberantasan hama hingga pengolahan pascapanen, sambil juga
mengarahkan mereka akan pentingnya penyuluhan pertanian. Ketiga
Mengundang jama,ah pengajian dalam penyuluhan pertanian. Sebab
sebelumnya jarang sekali petani yang mau menghadiri penyuluhan
pertanian. Keempat Mengadakan pelatihan; Latihan Ketrampilan Petani
(LTP). Dengan latihan ini para peserta dapat mengenal teknik pengolahan
tanah, teknik bercocok tanam jagung, kedelai, dan kacang-kacangan.
Mengenal bibit unggul, usaha pembibitan, dan sebagainya. Inovasi bidang
pertanian BPM-PPA ini kemudian mengangkat desa Guluk-Guluk dari desa
swadaya tahun 1978, menjadi desa swasembada pada tahun 1981.
c. Pengembangan Bidang Ekonomi.
Kegiatan yang dilakukan antara lain adalah kegiatan usaha bersama (UB).
Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh banyaknya anggota masyarakat yang
menjadi korban rentenir. Karena terdesak kebutuhan kemudian mereka
menggadaikan tanahnya atau pohon kelapanya dan tidak bisa menebusnya
kembali. Sehingga mereka semakin menderita karena kehilangan mata
pencahariannya. Bentuk-bentuk usaha bersama yang dilakukan antara lain:
usaha bersama pengadaan pupuk ( melayani segala kebutuhan pupuk petani
setempat). Usaha bersama pengrajin tikar (memberikan modal dan
mengarahkan para perajin tikar), dan sebagainya.,
Langkah selanjutnya, adalah pembentukan koperasi. Untuk lebih
mengembangkan dan menguatkan koperasi ini, BPM-PPA mengajak
pesantren-pesantren partisipan yang cukup berpengaruh di Kabupaten
Sumenep. Kemudian tahun 1987. BPM-PPA mengadakan Lokakarya Perencanaan
Program Pengembangan Unit Usaha/Koperasi Lima Pondok Pesantren di
Annuqayah pada tahun. Kelima pesantren partisipan itu sedang menjalankan
koperasi batik, koperasi pelayanan pupuk, koperasi alat-alat tulis,
koperasi pertukangan dan koperasi pengrajin genting.
d. Pengembangan Bidang Kesehatan dan Lingkungan Hidup.
Kegiatan penghijauan mulai dicanangkan sejak tahun 1978. Dimulai dari
pembibitan beberapa jenis pohon seperti lamtorogung, akasia, turi dan
kapu, dengan mengerahkan para santri dengan menanam bibit-bibit pohon
itu terutama di sepanjang jalan di sekitar pesantren. Karena dinilai ada
hasilnya upaya ini kemudian dikembangkan melaui kelompok-kelompok
pengajian remaja yang beranggotkan 236 orang, di tambah
kelompok-kelompok pengajian umum yang ada di masyarakat. Hanya dalam
waktu tiga tahun keadaan pegunungan yang tandus, terutama di sekitar
pesantren berubah menjadi hijau.
Kegiatan penghijauan itu, ditambah juga dengan usaha pengadaan air
bersih dan sarana MCK. Melalui kegiatan pengajian dan tahlilan, BPM-PPA
mengajak masyarakat untuk bergotong-royong membuat WC umum, pembuatan
tempat mandi dan penyaringan air kali agar kali yang mengalir pun
menjadi bersih dan suci. Dalam waktu dua tahun desa Guluk-Guluk telah
memiliki 30 WC dan sembilan tempat mandi. Usaha penghijauan ini dan
pengembangan sanitasi di Guluk-Guluk oleh BPM-PPA ini mengundang Mentri
PPLH Emil Salim berkunjung ke Annuqayah tahun 1980.
Tidak berhenti di situ, kegiatan penghijauan terus dilanjutkan. Di
sela-sela kesibukan di madrasah/sekolah, para santri yang bergabung
dalam kegiatan BPM membuat pembibitan di dalam komplek pesantren. Dalam
waktu dua tahun santri bersama anggota kelompok tahlilan telah menanam
500 pohon turi, 500 pohon kapuk, 1500 pohon lamtorogung, dan 200 ponon
akasia, tersebar di desa Guluk-Guluk. Usaha itu memperoleh penghargaan
Kalpataru dari Presidan pada tahun 1981.
Dalam hal pengadaan air bersih, hingga tahun 1995, BPM-PPA masih
menangani tujuh proyek pengadaan air bersih dan satu proyek pengadaan
pembangkit tenaga listrik di lima kecamatan di wilayah Kabupaten
Sumenep. Selain itu usaha di bidang kesehatan yang nampak adalah
pangadaan pos-pos obat, posyandu, dan pemanfaatan pekarangan berupa
penanaman tanaman obat, sayur mayur, perikanan dan peternakan kelinci.
Usaha in idimaksudkan untuk meningkatkan gizi masyarakat dan menambah
pehasilan subsisten.
e. Pengembangan Bidang Pendidikan Ketrampilan dan Latihan Kader Tenaga Pengembangan Masyarakat (LTPM).
e. Pengembangan Bidang Pendidikan Ketrampilan dan Latihan Kader Tenaga Pengembangan Masyarakat (LTPM).
Dalam rangka meningkatkan ketrampilan para santri Annuqayah dan
masyarakat, BPM-PPA mengadakan serangkaian pendidikan dan latihan
ketrampilan. Bidang-bidang latihan ketampilan itu meliputi penjahitan,
pertukangan, fotografi, sablon, penjilidan buku/kitab, kaligrafi,
peternakan, perpustakaan, latihan teknologi tepat guna, pertanian,
pendidikan kader kesehatan dan sejumlah latihan ketrampilan lainnya.
Kecuali latihan-latihan yang memang hanya dikhususkan untuk para santri
seperti ketrampilan mengetik, pendidikan pers, kursus bahasa inggris,
penjilidan, fotografi dan sebagainya, latihan ini sebagian besar
melibatkan masyarakat.
Demikian sejumlah kecil bentuk-bentuk kegiatan pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh pesantren Annuqayah melalui Biro Pengabdian Masyarakatnya, yang menjadi konsern dan ciri khusus pesantren Annuqayah hingga saat ini.
Demikian sejumlah kecil bentuk-bentuk kegiatan pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh pesantren Annuqayah melalui Biro Pengabdian Masyarakatnya, yang menjadi konsern dan ciri khusus pesantren Annuqayah hingga saat ini.
Sumber: Annuqayah
No comments:
Post a Comment